Senin, 02 Juni 2008

kisah hidupku

Aku dilahirkan di bumi ini dari sebutir telur. Aku dilahirkan di danau yang indah yang di penuhi oleh tanaman bunga yang cantik. Suatu hari aku penasaran tentang bagaimana proses keberadaanku di bumi ini. Aku pun bertanya kepada Ibu. Dengan wajah santai beliau mengajak ku ke pinggir danau yang saat itu sedang diterangi rembulan.

Ibu mulai menceritakan kisahnya dengan senyum di bibirnya. Ketika masih muda belia, Ibu suka bermain di pinggir danau yang indah, seperti tempat kelahiranku. Ketika sedang bermain bersama teman-temanya, tiba-tiba terdengar suara nyanyian yang merdu di balik tanaman bunga. Ibu sering mendengar nyanyian seperti ini, namun kali ini sangat berbeda. Suaranya begitu khas, yang menggambarkan betapa jantannya pemilik suara tersebut. Akhirnya Ibu mendekati asal suara tersebut, dan terlihat lelaki yang tampan da kuat sedang bernyanyi. Suaranya pun segera terhenti ketika melihat sosok Ibu. Dia tersenyum tersipu malu. Ibu pun membalas senyuman tersebut. Kemudian mereka saling menyapa.

Mulai saat itu terjadi perbincangan yang menarik antara mereka berdua. Mereka kelihatannya cocok, dan akhirnya pejantan tersebut menjadi menjadi pasangan Ibu dan juga Ayahku. Mereka berdua memutuskan untuk melanjutkan hubungan tersebut lebih serius. Setelah beberapa waktu, akhirnya aku dan saudara-saudaraku lahir. Kami lahir hampir bersamaan waktunya. Ketika lahir, aku belum memiliki tangan dan kaki, bernapas menggunakan insang, dan memiliki ekor sehingga memudahkan untuk hidup di dalam air. Aku ingat benar ketika kecil, aku pandai berenang, menangkap plankton dan bahkan serangga air untuk dijadikan santapan. Aku biasanya langsung melahap mangsa yang kudapat dengan lahap. Pada saat itu aku dipanggil “kecebong” atau “berudu”. Namun seiring waktu, aku tumbuh dan berkembang. Kedua kaki dan tanganku muncul. Aku semakin lihai berenang di dalam air, sampai akhirnya ekorku menghilang, tangan dan kakiku tumbuh sempurna. Peristiwa ini sempat membuat aku takut. Dalam hatiku bertanya “apa yang sebenarnya terjadi pada diriku?”. Namun saudara tertuaku menjalaskan bahwa, ini adalah proses alamiah kehidupan bagi bangsa kami. Itu dinamakan sebagai proses metamorfosis, proses perubahan yang bertahap menuju tahap pendewasaan. “Itulah proses kehidupan, bersifat dinamis, berubah dari waktu ke waktu” kata saudara tertuaku. Sampai saat ini, aku pun masih ingat dan menjadikannya sebagai moto hidup.

Sekarang aku sudah menjadi dewasa. Aku memiliki tangan dan kaki yang sempurna, jari tangan ku berjumlah empat dan jari kaki ku berjumlah lima. Aku memiliki kaki yang lebih panjang dan kuat dari tangan. Aku bisa melompat jauh apabila dalam keadaan bahaya. Aku sekarang bisa hidup di darat dan bernapas menggunakan paru-paru dan dibantu kulit. Aku baru menyadari bahwa kehidupan di darat lebih indah, lebih berwarna dan menantang dibanding di dalam air. Aku melompat kesana-kesini, bertemu dengan banyak makhluk hidup, melihat warna-warni tumbuhan di sekitar tempat tinggal ku. Namun aku tidak bisa selamanya tinggal di darat. Sewaktu-waktu aku harus kembali ke air, karena tubuh ku harus selalu lembab. Aku selalu membutuhkan air, kelembaban udara yang tinggi, dan serangga yang banyak sebagai sanatapanku he....Ini juga salah satu alasan aku untuk beraktivitas di malam hari, karena matahari bisa membakar kulit ku.

Aku ingat pertama kali berburu mangsa ketika di darat. Aku berusaha menggunakan tangan dan kakiku untuk menangkap mangsa, namun selalu gagal. Kemudian aku melihat teman-temanku yang lain. Ternyata mereka menggunakan lidahnya untuk menangkap buruannya. Aku pun mencobanya, dan berhasil ha…. Mataku yang besar sangat membantu dalam menemukan mangsa. Aku bisa melihat mangsaku dengan jelas, dan “hap” lidahku sudah mendapatkannya.

Suatu malam aku sedang berjalan di pinggir kolam yang banyak di tumbuhi bunga-bunga yang cantik. Cahaya bulan bersinar terang yang menambah keindahan malam itu. Tiba-tiba terdengar nyanyian dari balik semak di ujung kolam. Nyayian yang begitu indah dan aku pun terpesona mendengarnya. Aku sangat kagum mendengar suara tersebut. Aku pun mendekati arah datangnya suara, dan terlihat pejantan yang gagah sedang bernyanyi dengan santai. Dia mengeluarkan suaranya yang nyaring dan kantung suaranya kembang-kempis, sangat mempesona. Tapi aneh, kenapa aku hanya tertarik pada suara dia, padahal di sekeliling ku banyak suara lain. Tiba-tiba hati ku berdebar kencang ketika pejantan itu melihat ke arahku sambil tersenyum ramah. “oh..ada apa dengan diriku” dalam hati. Pejantan tersebut mendekati dan menyapaku dengan sopan. Aku semakin salah tingkah. Mungkin ini juga yang dirasakan oleh Ibuku pada waktu itu. Pejantan itu memulai pembicaraan dan itu adalah awal “ kencan” kami.

Pembicaraan terus berlanjut, kami menemukan kecocokan satu sama lain, dan akhirnya hubungan kami berlanjut ke tahap yang lebih serius. Pada akhirnya aku memutuskan bahwa dialah yang akan menjadi pasanganku dan membuahi telur-telur yang aku miliki. Aku mengeluarkan banyak telur dan berharap bahwa akan muncul-muncul generasi penerus di kemudian hari. Itulah kisah hidupku..kisah seekor KATAK.

Tidak ada komentar: